Social Icons

Pages

30 June 2006

memang aku tak pantas bersanding denganmu

memang aku tak pantas bersanding denganmu
karena bagaimanapun juga kau jauh lebih baik dariku
orang udik seperti ku tentu akan sungkan dan segan padamu

tapi aku tak pernah jadi rendah diri
dan tak pernah silau oleh cahaya dunia

memang aku tak pantas bersanding denganmu
aku pun sudah mulai mencari arah yang lain
aku hanya akan menunggu kabar darimu
itupun jika kau sudi mengabari aku

dan aku tak pernah bosan dengan mu
hingga kau bosan dengan diriku

dan aku tak pernah menutup pintu hatiku
hingga kau bisa mengenal aku dengan segala hitam dan keabuannya
walau aku takkan pernah mengenalmu lagi saat ini

memang aku tak pantas bersanding denganmu
telah kupastikan arah mana yang akan kulewati
dalam sendiri aku memanggil rindu dan cinta
ternyata masih berlabuh di palung hati sahabat-sahabatku

itulah kesejatian cinta dalam kefanaan dunia
saat mencintai dan dicintai tidak jadi hutang
saat merindukan dan dirindukan tidak jadi dosa

memang aku tak pantas bersanding denganmu
semoga benang sari cinta akan berlabuh di putik hatimu

bagaimana membahasakan cinta ?

aku bahkan tak pernah mengira kalau ini adalah cinta
karena ini memang bukanlah cinta
tak pernah pula aku menghaturkan untuk seorang wanita

tapi bagaimana sebenarnya aku membahasakan cinta
jika keinginanku hanya ingin bersama
menjalankan sebuah cerita dengan skenario yang ada

ahh... dusta apa lagi ini?
setiap manusia tak menyukai
selama aku masih berdiri dalam tonggak kebenaran
apa aku harus menukar ketidaksukaan mereka dengan harga yang murah
tak ingin aku berkerumun dengan itu
kebenaran persepsi yang dilegitimasi masal

aku lebih baik memilih sebagai kaum pencilan
diantara para saudagar ayat-ayat
biarkan para saudagar berperang dengan ayat-ayat
untuk merebut sebuah cinta...

karena cinta hanya akan datang jika dihadirkan
yup.. dihadirkan oleh Pelukis Cinta Sejati

29 June 2006

kapan terakhir senyum padaku

ingatkah dirimu ...
kapan terakhir senyum padaku :)
sejak saat itu matahari tak lagi bersinar
setiap pagi aku lihat melalui kaca jendela
tak ada sinaran yang menghangatkan raga ini

hanya senyuman kecerian anak-anak kecil di gang
saat aku keluar dari ruang peristirahatanku
hiburan yang keluar dari dasar hati

jika aku merasa lelah

maafkan aku
jika aku merasa lelah memanggilmu
sepertinya aku harus berlari untuk menyapamu
layaknya menaiki arung jeram
melewati bebatuan yang terjal dan tajam, amukan derasnya air
melewati setiap kelokan bersama pohon-pohon yang tumbang
lalu saat air tenang tiba....
aku bertanya padamu :: apakah kamu baik-baik saja ? ::

maafkan aku
jika aku merasa lelah
hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja

relakan aku pergi

relakan aku pergi
jangan kau paksakan dirimu menunggu aku
meski aku belum memilih yang lain
bukan berarti aku menantikan dirimu

relakan aku pergi
bersama kumpulan puisi yang telah terberi
bakar semua keresahan
karena hari esok belum tentu kembali

mencari kepastian di ladang ketidakpastian
seperti mencari jarum dalam jerami

apa yang hendak kau cari dari aku
seseorang yang tak pantas bersanding dengan wanita baik seperti mu
bahkan aku tak pantas bersanding dengan pelacur sekalipun

jangan kau siksa dirimu dengan menunggu ku
karena aku masih menunggu kabar dari Nya

kalau memang takdir datang dan menyatukan kita
itulah anugerah terbesar hidupku karena telah mendapatkan mu
kalau memang takdir datang dan menyatukanku dengan yang lain
itulah anugerah terbesar hidupmu karena kau akan dipersandingkan dengan yang terbaik

biarlah aku terbang bersama keyakinanmu
karena keyakinanku takkan luluh oleh rayu ucapmu
meski kau meneteskan air mata darah dihadapanku
tak semili pun aku beranjak untuk menggapaimu
karena menggapaimu dosa bila saatnya belum tiba

relakan aku pergi
bukan berarti aku telah memiliki yang lain
sebatas penghujaman diri akan takdir
tentangku Kuasa Nya

sedikit ruang hati

tak mengapa kau mengatakan tak ada tempat untuk ku
itu lebih indah buatku dari pada terpaku dalam diam mu

tak ada ruang bukan berarti aku tak boleh mengenal mu kan ?
karena setiap orang selalu membuka ruang untuk saling mengenal
tapi.. apakah mungkin kau tak membukanya juga untukku ?
aku yakin dirimu memang bukan seperti itu..
mungkin hanya ingin sekedar menepi
melindungi dari panasnya kata-kata tak berarti

tak mengapa kau mengatakan tak ada tempat untuk ku
aku tetap akan terbang mencari tempat untuk menyandarkan letih penat ku
hingga sampai ujung waktu indah itu tiba
biarkan aku memanggilmu dan mengenangmu
dan aku akan berkata :: selalu ada ruang untuk anak manusia di hati ku ::

sedikit perenungan tentang kemarin

temani aku dalam sendiri
kita berbicara tentang kemarin
tentang air yang sedang karnaval
beriringan lalu menari dan berdendang
melewati desa-desa dan kota-kota

jangan biarkan diri ini melamun
kita bicara tentang kemarin
tentang api yang sedang berpesta
mengadakan arak-arakan panjang
lalu berteriak hingga menggetarkan tanah ini
melalui lereng gunung hingga menuju perkampungan

ada apa ini ?
aku dalam sendiri kadang ingin tersenyum
melihat iringan air dan arakan api yang sedang berpesta
tapi pesta mereka tidak lah lucu apalagi menghibur..
pesta mereka hanya mengurai jeritan dan tangisan
lalu meninggalkan kesedihan yang menggurat hingga ujung langit hati

sunguh.. sungguh ini bukanlah hal yang lucu
tapi aku berfikir sejenak bersama secangkir teh manis
kehendak siapa semua ini ?
apa kehendak semua ini ?
mengapa berkehendak seperti ini ?

duhai akhi...

akhi...
jika aku bermurah senyum pada mu
janganlah akhi salah artikan senyumanku itu
aku memang peduli tapi bukan menaruh hati

akhi...
jika aku lemah lembut pada mu
janganlah pula akhi salah artikan kelemahlembutanku itu
aku memang penyayang tapi bukan ingin memiliki

akhi...
jika aku bertutur kata pada mu
janganlah akhi salah artikan tuturkata ku itu
aku ingin sekedar santun dan menghargai tapi bukan ingin mengambil hati

akhi...
aku layaknya manusia seperti biasanya
yang bisa saja khilap atau lupa

akhi...
jangan pernah kau mencoba melangkahi pagar-pagar hijab kaumku
senyumanku itu bisa saja berubah menjadi kemuraman wajahku
kelemahlembutanku bisa saja berubah menjadi ketegasan yang keras
tuturkata ini bisa saja berubah menjadi pedang yang bisa merobek hatimu

akhi...
biarkanlah diriku seperti ini kepada mu
namun pasrahkanlah diri kita sepenuhnya kepada Allah semata
janganlah akhi bermain-main dengan hati
karena hati kan hancur oleh cinta yang tak bertepi pada Ilahi

26 June 2006

lagi iseng :: ngga dikasih judul ::

kutuliskan sepatah kata sebelum kembali ke bilik tidurku
aku ingin berbicara tentang kesepian dan kesendirian
meski memang di meja kerja, aku merasa sendiri dan sepi
tapi itu pilihanku, karena keramaian tak membuat ku tertawa
keramaian hanya menjadi gumpalan yang membuat sesak di dada

aku berlari layaknya bocah yang berlari
dengan segudang imaji dan mimpi
sedang mencari kepastian dalam ketidakpastian
namun terlarang oleh manusia yang merasa dewasa
padahal mereka adalah manusia penakut
namun mereka bilang bahwa mereka sedang berfikir
padahal mereka adalah manusia pecundang
namun mereka bilang bahwa mereka belajar dari masa lalu

apa artinya berada dipuncak jika tak pernah jatuh ?
apa artinya terjatuh ke lembah jika tak pernah bangkit ?

tak ada jalan yang mulus
yang ada jalan yang lurus
namun penuh halangan dan rintangan
lalu ancaman dan gangguan
dengan hantaman goda dan coba sebesar semesta
tapi ia tetap jalan yang lurus
namun memang tak mulus

20 June 2006

aku mengerti

lebih baik aku jalan kaki seribu kilo
untuk melepas kerinduan pada teman-temanku
meski kakiku akan bengkak atau pincang

di jalan aku bisa mengenang mereka
dalam kerinduan yang ku pendam
selama aku jauh dari mereka
dan merindukan mereka adalah ibadah

lebih baik aku jalan kaki seribu kilo
untuk melepas kerinduan pada teman-temanku
meski kakiku akan bengkak atau pincang

dari pada aku berbicara denganmu
tak bisa ku melepas rindu padamu
karena merindukan mu adalah dosa

apa harus aku belajar ilmu ikhlas tentangmu
berbicaralah aku pada diri mu, seolah-olah aku melihatmu
jika aku tak pernah melihat dirimu, yakinlah engkau melihatku

merindukanmu saja adalah dosa
apalagi mencoba menghadirkan dirimu dalam hatiku

tadinya.. aku ingin diam

tadinya...
aku enggan lagi berbicara denganmu
bahkan menyapamu.. rasanya sakit

tapi tak mungkin
tak mungkin aku tak menyapamu

tadinya...
lebih baik aku diam
diam .. dan sama sekali diam
meski aku tetap menyapamu

aku lelah berbicara
berbicara denganmu rasanya hanya satu arah
mungkin aku hanya menghabiskan waktumu
atau mengisi kekosongan waktumu

19 June 2006

debu III

sebenarnya, kau bukan temanku
dan memang tak layak aku jadi temanmu
mungkin aku hanya layak jadi kenalanmu

aku telah menjadi debu yang menempel di wajahmu
lalu kau basuh selepas pulang dari kerja
karena enggan debu ini merusakkan keaggunan wajahmu

hanya karena ketidaktauan si-debu saja
seolah-olah ia diterima dengan lapang
lalu berbesar diri bahwa ia diterima dengan lapang
namun dibelakang, debu tetap di basuh oleh air dan sabun
bahkan ditambahi pelembab bahkan pewangi

katamu dalam hatimu
"maaf.. tak ada waktu untuk berdebat ... kata hatimu
jika memang debu yang menempel diwajahmu
tak perlu kau berdebat
bersihkan saja..
karena debu memang kotor
meski belum tentu najis"

bosan lagi

siang tadi, aku telpon bapaku
aku beritakan bahwa aku akan pulang awal bulan depan

ada satu hal yang tak kuceritakan padanya
bahwa anaknya telah bosan tinggal di jakarta ini

sebenarnya aku ingin segera pulang
tak ada alasan untuk ku tetap menyendiri

karena ini bukan menyendiri
hanya bergelut dengan kemunafikan

saat aku berharap
tak ada tangan menangkap asa ku

no strong reason

entah ranting mana yang kau jadikan pijakan
setelah sekian lama saling mengenali
kiranya layak dipanggil apa hubungan kita

awalnya aku mengira bahwa engkau seperti angin
meski tak pernah terlihat namun tetap terasa
saat membelai maupun menampar

alasan apa yang perlu aku buat
agar tetap mempertahankan semua ini
saat kau pulang.. kau pun lupa aku

aku mati dalam akal dan hatimu
bersama komputer yang kau matikan selepas pulang

sampai sini saja

tak ada lagi yang perlu kita bicarakan
semua sudah cukup sampai di sini

tak ada salahnya kita kembali
kepada kehidupan sebelum mengenal diriku

aku hanya ingin teman bicara
yang bisa kulihat dan kudengar

sudahlah .. cukup sampai sini saja

13 June 2006

mungkin

ini mungkin bohong
iya .. cuma mungkin

belum aku temukan

buatku sulit menemukan teman sejati
terlalu banyak kepentingan berteman di kota ini
namun begitu mudah mencari teman tertawa bersama
begitu sulit mencari teman berbagi bersama

barangkali pertemuan hanya dianggap peluang
mungkin teman buat mereka adalah mati satu tumbuh seribu
aku seperti melihat pertemanan karena sebuah peristiwa

ohh.. aku benci sekali
tapi aku tak pernah merugi

saat itulah aku selalu merindu kampung halaman ku
saat teman bukan karena lagi kepentingan atau peluang
tapi pencapaian sebuah tujuan

ohh.. aku benci sekali
tapi aku tak pernah merugi

aku seringkali sedih melihat semua ini
sungguh aku sedih melihat semua ini
mungkin kerinduan ini yang aku tunggu

12 June 2006

Untaian Kata Tanpa Makna [final ed]

Biarkan hari ini apa adanya
Namun takkan kubiarkan hidupku begini adanya
Kan kukepakkan sayap ini tuk selalu terbang menerawang
Merangkul semua kata yang tersandar di atas lembaran kalam

Biarkan hari ini apa adanya
Namun takkan kubiarkan hidupku begini adanya
Kan ku beritakan kabar yang kan menyejukan seluruh jiwa
Walau tetes darah kerinduan yang menjadi taruhan

Sahabat

Sahabat !!! jika kau masih menganggapku
Apakah kiranya aku masih pantas menjadi sahabatmu ?
Memang rasanya kita sudah berada ditempat yang berbeda dalam realitas yang berbeda pula

Sahabat !!! jika kau masih mengingatku
Kehidupan adalah sebulah pulau di tengah samudera kesendirian
Sebuah pulau yang batu-batunya adalah harapan
Yang pohon-pohonya adalah impian
Dan alurnya adalah kehausan

Sahabat !!! jika kau masih mengenaliku
Beratkah kiranya kita pergi dengan bahtera yang berbeda
Namun semoga kita bisa berlabuh di peraduan yang sama
Selama layar ini masih terkembang dan tersapu oleh desahan angin impian
Aku kan mengejar sampai semua menjadi kenyataan

Sahabat !!! jika kau masih mendengarkanku
Aku berdiri merenungkan misteri manusia dan berjuang menguraikan simbol-simbol kehidupan
Dan aku melihat hal-hal yang menyedihkan:
Para Malaikat Kebahagiaan tengah berperang dengan Setan-setan Penderitaan
Dan manusia berdiri di antara mereka.
Yang satu menariknya dengan Harapan dan yang lainnya dengan Keputusasaan
Aku melihat cinta dan benci bermain-main dengan hati manusia;
Cinta menyembunyikan kesalahan Manusia
Dan memabukkannya dengan anggur kepatuhan, pujian dan rayuan;
Sementara Kebencian menghasutnya dan menutup telinganya dan membutakan matanya dari kebenaran

Sahabat !!! harapku padamu
Terbanglah bersama sayap-sayap impian ke atas langit harapanmu
Biarkanlah cerita ini terus berserakan menyaksikan keagunganmu
Lewati batu-batu impian dan hancurkan dinding-dinding keraguanmu

Sahabat !!! pintaku
aku berjalan berharap ikhlasmu
aku berlari berharap doamu
aku pergi bukan tuk jadi pecundang
hanya menapaki kerikil kehidupan
dan terus mengejar mimpi

kan kutunggu sampai pelabuhan terakhir
make the world smile coz of u

Munafik II

Begitu malam berlalu dan tinggal dalam ketidaksadaran
Dan hari-hari memberi salam kepada kita dan memeluk kita
Tetapi kita tinggal dalam kemunafikan siang dan malam

Kita berpegang teguh pada bumi
Sementara gerbang hati Tuhan terbuka lebar-lebar,
Kita menginjak roti kehidupan,
Sementara orang yang kelaparan menggerogoti hati kita
Betapa bagusnya kehidupan bagi manusia
Namun betapa jauhnya manusia dari kehidupan ini

Munafik

Keagunan tanah kebohongan
Berpijak pada puncak kemenangan
Yang selalu menuai pucuk kerinduan
Dalam sebuah ikatan kegundahan
Tumbuh dan bersemi di taman kepalsuan

Kehidupan

Kehidupan adalah seorang wanita yang mempesona
Yang menggoda kita dengan kecantikannya
Tetapi yang mengetahi tipu muslihatnya
Akan melarikan diri dari pesona-pesonanya
Meski sulit tuk melupakan kenangan saat merangkul (seorang....//) kehidupan :)

Syukur dan Harap

Bangun fajar subuh dengan hati seringan awan
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan
Istirahat di terik siang merenungkan puncak-puncak getaran cinta
Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada
Kemudian tidur dengan doa bagi yang tercinta dalam hati
Dan sebuah nyanyian puji tersungging senyum di bibir
Tersimpan harap tuk bertemu walau dalam mimpi

Berikan aku setengah lautan cinta NYA

Wahai ukhti di manakah kau berada ?
Kapankah kau mengisi satu ruang cintaku yang kosong ?
Kenapa kau selalu bersembunyi dalam keranjang keraguan ?
Kenapa kau harus menunggu sampai pecut amanah menyayat jantungmu ?
Apakah kau tak punya hasrat mencinta atau dicinta ?
Ataukah kau akan menunggu kerikil hitam ini menumpuk menjadi bukit dalam hatimu ?
Meski hidup bukan tuk menjadi penda’wah cinta tapi cinta tak bisa terlukai
Meski hidup bukan tuk mengejar cinta sesama makhluk NYA
Apakah cinta yang kau berikan takkan pernah sampai kepada hamparan cinta NYA ?
Wahai ukhti di manakah kau berada ?
Kapankah kau mengisi satu ruang cintaku yang kosong ?
Pelangi hidup ini takkan bias oleh keyakinan yang terhujam dalam hati ku
Tenggorokan ini takkan kering oleh kemarau cintaku pada NYA
Wahai ukhti berikan aku setengah lautan cinta NYA padaku

aku terbiasa

Aku duduk menunggu kabar dari Mu
Melalui surat yang ku baca dari Mu
Melalui lembaran abadi yang penuh perjuangan
Melalui jurang yang Kau dalamkan
Melalui bukit yang Kau tinggikan
Diantaranya aku berada
Diantaranya aku harus bergerak
Melalui kunci tua yang tak pernah mati
Hingga aku bisa terhindar jurang yang curam
Hingga aku bisa mendaki bukit yang tinggi
Namun hati ini tetap tak dapat terus tegak istiqomah
Aku ingin aku terbiasa dengan semua itu

Lama Tak Jumpa

Kepergianku selama ini
Tak mengundang tangis dalam senduku
Kepergianku selama ini
Tak mengundang tawa dalam ceriaku
Kepergianku selama ini
Membuat langkahku tegak
Seperti menara yang selalu menerawang ke langit

Kepergianku selama ini
Menambah kerinduan yang mendalam
Pada tangan-tangan yang lama tak menari
Di atas kertas yang menguantai sebuah untaian tanpa makna
Lama tak jumpa dengan mu .....
Tangan-tangan yang penuh berkah dari Ilahi Robbi
Berkaryalah selalu

Hancur

Taburan aroma mawar pagi di malam hari
Menerangi kegelapan malam tak bertepi
Dalam kerancuan hati yang penuh duri
Dan tertidur di saat kau hancur
Melihat dosa dalam mahkota durjana
Memaku tulang-tulang yang tak mampu berdiri
yang kan bersemayam di lautan api neraka
suatu saat nanti.....

senin pagi

pagi ini, aku masih dalam kekhawatiran
mungkin ini hari ketiga, aku dalam keresahan
seperti tersulam jarum kebimbangan

pagi ini, aku pergi dari kamar ku
sebelum matahari bangun dari tidurnya
membawa sedikit beban di pundak ku
bersama kaki yang begitu berat terasa
saat aku langkahkan

memang, hari ini tak biasa
entah aku sebut istimewa
atau bangkit dari sebuah kecewa

aku harap, hanya aku saja yang seperti ini
tak ada jiwa-jiwa kecewa oleh takdir
yang memang seharusnya ada dan terjadi

aku harap, ini adalah awal bagi akhir ku

bangun dari tidur ku
berdiri dari duduk ku
bergerak dari diam ku

05 June 2006

Selamat Malam

Selamat malam kuucapkan
Dari balik embun sisa gemericik gerimis panjang
Menerjang jiwa jiwa yang terpatri dalam kesunyian
Bertemankan buliran indah kristal di pucuk pucuk dedaunan
Berselimut dingin yang terus menghujam kedalam tulang

Selamat malam kusampaikan
Kepada engkau bidadari dalam malam dinginku
Menjelma penuhkan seluruh relung kerinduan di kalbu
Menjerat seluruh rasa tercurah dalam munajad sunyi
Menghempas seisi hati dalam galau kerinduan adanya
Melepaskan segala ingin tentang sebuah ikatan sakral

Selamat malam kuukirkan
Dalam mendung kelam yang bergelayut dalam semesta
Dalam pikiran yang senantiasa mematri hidup dalam ingin
Dalam semesta rasa yang terus mengoyak damai hati
Dalam kedewasaan yang kian tercarut dalam sang waktu

Selamat malam kulukiskan
Untuk engkau bidadari hatiku
Nan senantiasa menyita seluruh raga tuk sujud inginku
Nan senantiasa belenggu asa tuk selalu hadirkan bayangmu

Selamat malam kubisikkan
Kepada angin malam yang dingin sunyi senyap
Sampaikah bisikku kedalam relung pendengaranmu ?

Kapan Giliranku datang ?

Demikianlah kala Engkau kirim aku gundah
Gundah yang senantiasa kutampik dalam tahajudku
Adakah gundah demi gundah in yang juga rasa
Adalah peran yang Engkau kehendaki di jalanku
Adalah jalan yang Engkau gariskan di atas hatiku

Pukul tiga dini hari lewat sering kubertanya tentang ikatan
Dua jiwa yang menyatu dalam ikatan berkah-Mu
Dalam munajad sunyiku sering terbayang dalam benakku
Dua jiwa yang disatukan dalam upacara sakral-Mu
Dalam mengarungkan sepertiga malam sisaku sering tercium olehku
Dua jiwa yang diarungkan dalam aroma wangi untaian bunga
Dalam tangis sujud jelang fajar selalu terbersit dalam anganku
Dua jiwa yang disandingkan dalam tangis bahagia

Aku sering di sana memangu dalam kebisuanku
Diam diam hati bertanya "Kapan giliranku datang ?"
Menghapuskan kesendirianku yang penuh sunyi
Mengikis keegoisanku tuk dapat saling berbagi suka duka

Sering kucuurkan air mata gundah ini
Adakah airmata ini bermuara dari jiwa yang kesepian
Adakah tetes demi tetes ini bersumber dari hati yang mendamba
Padahal aku selalu sibuk dengan keduniawianku yang pasi
Walaupun tiada jarang keduniawian ini menamparkan diriku terpuruk
Namun mengapa aku terkadang melupa dan terus melupa

Pukul tiga dini hari lewat aku selalu tersimpuh dalam munajad
Mengantar serangkaian doa doa dalam detak sajadah yang basah
Memelas kelalaianku adalah sebuah nohta kecil di hadapan-Nya
Berharap Engkau sudi hamparkan dunia baruku dalam cerah mentari
Berharap Engkau sandingkan hamba dengan bidadari yang tercipta
Agar kami paham bagaimana jalan pulang yang kekal abadi bersama

ini cinta, menurutku..apa ini menurutmu?

samar wajah yang tercipta malam itu, entah siapa yang melukisnya, tapi aku tahu
itu wajahmu.Bersembunyi sendu di balik kemarau cinta kita, senggaja
menatapku..aku yang lebih mirip burung Elang ..yang ingin segera meraihmu dan
merobek segala topeng yang kau cipta untuk menutupi kerinduan itu....aku yang
siap merampas segala hidupmu untuk dihabiskan di ruangku , di sini , yang
kucipta sendiri dengan segala kuasku sendiri dari warna-warna yang tak kau suka
tapi menjadi warna-warna hidupku,

kau meronta di atas sorak sorai pemaksaanku,tapi kau diam saat bibirmu kupaggut,
perlahan kau miringkan kepalamu dan membiarkan sebutir air mata jauh ke bumi
basahi padang kemarau kita,

hati kecilmu menjerit ", bahwa semua jiwa adalah berbeda," tapi jantungmu
berdegup kencang tak sanggup melawan arus yang kurangkai di jernih matamu,

ini cinta, menurutku..apa ini menurutmu?

Takdir Langit

Laut membelai langit
Yang sedari tadi tersedu,mengadu
Laut aku kelabu
Karena mendung menusuk perawanku

Laut peluk aku
Tubuhmu yang tenang itu
Pasti akan menenangkan gemuruhku
Kecup sakitku
Agar aku diam mencumbui bibirmu

Langit dengarlah,kata laut
Sudah takdirmu berdarah
Meneteskan tangis bila pedih
Menelan perih bila tersiksa,sakit

Lalu
Hanya suara debur ombak yang berbisik
Karena langit telah diam
Pahami dirinya
Yang lahir hanya untuk di perkosa


*************************************************
Tercipta saat melihat hujan deras di atas lautan
Namun sang laut teduh,tak berombak seperti sutera berayun
Ach,aku melihat laut mendekap langit yang Menangis

kali ini

kali ini
:
aku ingin sendiri
menenggak secangkir harap
menikmati serangkaian de javu diri
:
aku ingin menepi
menanggalkan balutan kain tipis
berganti hangat selimut tebal
lembut
:
aku ingin berbincang dengan aku
menggoda angin
membelai Tuhan