Social Icons

Pages

28 March 2006

Aku Tak Ingin Menulis Lagi

Aku Tak Ingin Menulis Lagi
Aku tak ingin menulis lagi
Saat sedih masih membasahi tanah hati ini
Bersama sadar ku mengitari alam mimpi
Melewati batu penghalang dan karang penghadang

Aku tak ingin menulis lagi
Kala cermin pun tak mampu menampakkan wajah ku yang pucat
Aku ingin sendiri merangkai cerita yang bisa menggairahkan angan ku
Namun itu tak mungkin dan tak boleh aku lakukan

Aku ingin berenang menyelami kedalaman kalam Nya dalam jiwa raga ku
Hingga aku bisa tenggelam dan terhanyut oleh Keagungan dan Keindahan Cinta Nya
Hingga aku bisa terbuai dan terangkat jauh ke atas sana untuk bersanding di atas arasy Nya
Sehingga semua pinta ku bisa terdengar dan semua pinta ku bisa terkabul oleh Nya
Aku ingin kesyahduan ini menentramkan hati dan menyejukkan jiwa
Hingga akal pun dapat berpikir jernih penuh kesucian dn keridhoan Nya

Aku tak ingin menulis lagi bukan tak ingin berkarya lagi
Aku hanya ingin berfikir tentang kisah yang ingin kurangkai di kemudian hari
Hingga aku memahami apa yang hendak kukatakan jika kelak bertemu dengan Nya

Aku tak ingin menulis lagi ... entah sampai kapan ...

Hurup adalah awal kehidupan

Jemari ini terus menari tak henti

Merangkai setiap hurup menjadi sebuah kata
Menyulam setiap kata menjadi sebuah kalimat
Merajut setiap kalimat menjadi sebuah cerita

Hurup yang terangkai atas nama kasih
Kata yang tersulam atas nama sayang
Kalimat yang terajut atas nama cinta
Cerita yang terhujam atas nama kehidupan

Kehidupan yang penuh kasih, sayang dan cinta
Berlabuh dibuaian penderitaan pangkuan kemalangan di rumah penindasan
Menjadi penyejuk hati yang karam dan mulai tenggelam

Kehidupan yang penuh kasih, sayang dan cinta
Berlabuh dibuaian kesabaran pangkuan keihklasan di rumah kesyahduan
Menjadi akar yang kokoh dan teguh serta cabangnya menjulang ke langit
Menjadi pohon yang selalu memberikan buah pada setiap musim dengan seizin NYA

Lamunan kebisuan malam

Aku terduduk usai siang menuggu mentari tenggelam
Mencari jiwa yang telah lama meninggalkan tubuh ini
Penuh lamunan kesenduan di kebisuan malam
Kebisuan malam adalah utusan berjasa di antara dua hati
Yang membawa pesan cinta tuk membangunkan jiwa
Yang telah lama tertidur lelap pergi entah kemana
Cinta membuatku menjadi tawanan dari kata-kata dan bahasa
Karena cinta adalah kobaran nyala api yang melahap hati manusia

Oh... cinta
Biarkanlah jiwa ini menjadi tawanan tubuhku
Diselimuti ayat dengan kalam NYA
Tergurat dalam lembaran abadi
Terangkai dalam jejaring takdir NYA

Oh... cinta
Sebelum aku membentang sebuah kehidupan
Yang dapat kubungkus keindahan dan keagungan
Sebuah kehidupan yang dimulai pertemuan pertama kita
Dan akan berakhir keabadian disandaran kasih sayang NYA

Aku tahu Ia ada dalam dirimu untuk membawa kekuatan
Untuk diberikan padaku saat ku terbang atau terluka
Untuk diwujudkan dengan kata-kata dan langkah-langkah mulia
Bahkan kau seperti matahari yang membawa kehidupan
Bagi bunga-bunga yang harum di ladang kehidupan fana

Demikian juga cintaku akan abadi selamanya
Maafkan aku yang terpaku lamunan kebisuan malam
Karena engkau adalah diriku yang lain, cantik dan belahan jiwa
Yang tidak aku miliki sejak kita muncul dari tangan rahasia Ilahi
Maafkan aku, kekasihku dalam lamunan kebisuan malam

Belaian Rasa

Tertunda rasa tertambat canda
Merintih duka menuai cela
Berangan hampa berurai derita
Saat belaian rasa tersandar manja
Dipangkuan kesyahduan cinta

Doa

Hingga semua tanya tak beratap
Terbasuh air wudhu penantian

Hingga semua cinta tak bersandar
Terhanyut ombak sholat sujudku

Sekujur kata yang terdampar dalam buaian do’a
Menuai harap yang berujung jawab

Bibir mawar

Perjalanan itu terlalu singkat
Namun setiap langkah tetap terkenang
Mengguratkan hasrat untuk selalu berkarya

Ingin kuanyam senyuman itu jadi prosa
Ingin ku balut canda itu jadi cerita
Ingin kurajut rasa itu jadi puisi

Meski aku sekarang sumur kering
Di mana orang bisa melemparkan batu-batu ke dasar kelamanku
Dan lebih baik menjadi sumur yang kosong daripada menjadi mata air jernih
Tapi tidak pernah tersentuh bibir-bibir yang haus
Namun teringat harum yang keluar dari kecupan bibir mawarmu
Telah mengisi deras air kehidupan yang keluar dari jurang keterpurukan

sesal

Oh jingga, yang mewarnai duka
Merekah ke atas langit hati
Mengakar ke dalam palung langkah

Gerimis semilir membahasi rambut
Tak sanggup menyelinap menyelimuti
Kegerahan diri yang kian berkobar
Menyulut jerami syahadah yang tersisa

Air mata menetes dari pelupuk penyesalan
Berkisah tentang suatu lorong alam
Menguak tentang tabir kehidupan masa lalu
Di puncak bukit taubat sebelum gerbang keabadian

Karena-Mu

karena-Mu aku mencinta. bait-bait rindu yang kekal Kau hembus di dadaku.
sebagai takdir yang tertera di kehendak-Mu. aku serahkan diri. juga cinta.
kulewati abad-abad kepedihan meneguhkan syahadahku.
menempuhi jalan terjal berbatu. menempuhi goda sepanjang usia dunia.

O Engkau, karena-Mu. atas kehendak-Mu semata.
aku mencinta. kami saling mencinta. maka berkatilah cinta kami berdua.

hingga kerdip cahaya cinta menyatu dalam Cinta-Mu!

Sebagai Kenang

sebagai kenang kerinduan membayang.
menjenguk binar cahaya di matamu.
menjelma jadi puisi.
di kala sendiri.
merindui kekasih hati.
merambati mimpi malam kembali

Cerita Lalu

Aku pergi membawa cerita lalu
Yang pernah ku bisikan malam itu
Sesaat aku terdiam oleh keheningan kota
Yang membuat aku terang di kegelapan
Entah apa yang terjadi di sini
Kemarin kita semua bercanda tertawa tentang kehidupan
Tapi kenapa hari ini ? Aku pun tak pernah tau

Oh..ya berita itu telah aku sampaikan pada sahabatmu
Berita tentang lantunan burung harapan yang selalu hinggap dan terbang
Tapi apa maksud semua itu ...
Apakah sahabatmu sedang tersandung kerikil kegundahan
Atau sedang merintih tertusuk duri kegalauan

By the way, semua itu hanya cerita lalu

Kenapa kau tak tergantikan

Wajah itu memang lama tak kulihat
Suara itu memang lama tak kudengar, tapi kenapa ???
Wajah itu selalu nampak dalam setiap jejak ini
Suara itu selalu membisik setiap cerita semu ini

Wahai wajah yang selalu melintasi lamunanku
Kenapa wajahmu bisa meluluhkan setiap tatapan wajah yang lain
Wahai suara yang selalu menyeriangi impianku
Kenapa suaramu bisa membisukan setiap lantunan suara yang lain

Wajah yang selalu bersemayam di langit hatiku
Menapaki setiap niat langkahku
Suara yang selalu hinggap di ranting akalku
Menyelami setiap sulbi kesunyianku

Wahai wajah yang terangkai ayat dan cita
Melebarkan setiap asa yang kubentangkan
Wahai suara yang teruntai kalam dan makna
Menegaskan setiap jejak yang kulangkahkan

Wahai wajah dan suara
yang membimbing rasa,
mengajarkan semarak kehidupan dan ...
menerbangkanku ke sarang bintang bintang....
Benih apa yang kau tanamkan ke dalam jiwa ini ?
Sehingga tumbuh dan mengakar
dalam setiap sudut kehidupanku
menyuburkan setiap ladang pencarianku.
Namun apakah ini benih impian dan kepalsuan
yang hanya menerangi kenangan impian kelamku ?

Terserah

Silahkan kau pergi dengan angkuhmu
Membentak langit takdirmu menyelam laut penantianmu
Tampar semua kalam dengan kesombonganmu
Menebarkan aib hidupmu memanaskan tungku keabadianmu

Atap dan Dinding

Atap itu tak pernah henti
Menaungi dari kegelisahan
Menerangi dari kegundahan

Dinding itu tak pernah henti
Melindungi dari kemuraman
Menemani dari kesendirian

Atap itu takkan pernah roboh
Atap itu kan selalu terhampar merebahkan kekuatan
Dinding itu takkan pernah hancur
Dinding itu kan selalu tegak menjadi teman yang tangguh

Hakikat

Elok sebuah purnama tak membenamkan sebuah permata
Memancarkan seluruh tirani kehancuran dan keagungan
Hadir dan hidup tak sebanding dengan hilang dan mati
Mengubur cerita bukan berarti mengubur berita
Ketika dusta tiba di pantai kebenaran
Ia akan tetap menjadi benalu di samudera keihklasan
Ketika jujur hinggap di pantai kejahiliyahan
Ia akan tetap menjadi mutiara di samudera kekufuran

Kerinduan dan cinta sebatas haluan

Ya 4JJ1 kenapa rasa itu tetap ada ?
Melekat teguh dalam jurang hatiku
Tersimpan utuh menerangi kesadaranku

Ya 4JJ1 kenapa rindu itu selalu ada ?
mengelupas helai demi helai keputusasaan ini
Mengubur satu demi satu keterpurukan ini

Ya 4JJ1 kenapa saat itu belum juga tiba ?
Penantian panjang seperti pencarian duniawi
Lamunan terapung di atas permukaan impian tanpa batas

Ya 4JJ1 Kau tau apa yang terbaik buat hamba mu ini
Taburkan benih kerinduan ku pada Mu melebihi kerinduan ku pada mahluk Mu
Taburkan benih cinta ku pada Mu melebihi cinta ku pada mahluk Mu
Aku tak ingin kerinduan dan cinta sebatas haluan
Semaikan buah takdir Mu pada ku
hingga aku dapat selalu dekat dengan Mu saat aku melangkah kan kaki-kaki kehidupanku
hingga aku dapat bertemu dengan Mu saat nanti semua makhluk berkumpul di gerbang keadilan

Kehangatan jiwa yang terisi olehmu

Senandung kerinduan selalu membasahi lembaran kenangan
Hanya naungan keteduhanmu dan api unggun kehangatan jiwa
Enggan bersandar di atas tanah kejujuran yang aku gemburkan
Rajutan cahaya yang teranyam oleh butiran bintang kesyahduan tutur katamu
Laksana angin semilir halus yang meruntuhkan belenggu akar keraguan ku
Yang membimbing perasaan dengan akal pikiran dan perasaan itu tetap hidup dalam setiap langkahku

Mungkinkah ini kan menjadi maujud Nya padaku
Atau hanya kicauan burung yang melintas dalam akal tulusku
Untuk menetapkan kasih dalam setiap ikhlasmu
Kasih yang mengakar dari sayang Nya bukan hatimu saja
Akankah ikhlas selalu diselimuti lembaran kain tauhid Nya
Hanya engkau yang bisa mengungkap dalam hati yang terbelenggu Nur Ilahi Robbi

27 March 2006

Kenangan Takdir [final ed]

Aku batasi semua takdir dengan cinta
Tenggelam dan muncul di tengah samudera pilu
Terasing rasa yang pernah terdampar di taman kenangan
Melalui prosa kehidupan yang terangkai dalam puisi keabadian

Keindahan perjalanan penuh tangisan di hamparan kerinduan
Melewati batas-batas impian yang tertanam dalam keimanan
Tertaut derita rasa hingga jari-jari kasih terus membelaiku
Namun aku melihat semua itu sebagai kenangan takdir

Rindu Menuju Sana

Tak lagi terlihat tulisan yang telah tergurat
Tak ada lagi karat di besi keyakinan

Jalan mendaki lagi sukar
Tak lagi terasa karena indah nya ujung sana
Terjalnya jalan bebatuan
Tak lagi menghentikan alun langkah ini

Meski bukan tanpa luka
Meski bukan tanpa duka

Sudah terlupakan
Ingin segera sampai di sana

Aku Pergi

Maafkan jika aku pergi
Tanpa mengetuk pintu hati mu dahulu
Aku hanya ingin pergi
Berawal kesendirian pergi pun kesendirian
Aku mengijinkan kau berlayar bersama yang lain
Tunggu aku ... jika kau ingin menantikan ku
Di tempat biasanya ... kemudian hari ...
Jangan cemaskan aku ... jangan ragukan aku ...
Kesungguhan ku telah terhujam dalam langkah ku...
Meski ... Aku mengijinkan kau berlayar bersama yang lain
Hanya takdir dan kamu yang bisa memisahkan aku dengan kesungguhan ku
[I am not only trust you even your final decision ... coz i believe fate from 4JJ1 ]

Engkau

Wahai engkau yang melintasi aku
Melantunkan nada-nada manis dan lembut
Kadang berkeluh kesah dan meratap
Aku bisa mendengar engkau meski tak dapat melihat engkau
Aku bisa menyentuh engkau meski tak dapat ku gambarkan diri engkau
Sentuhan dan pendengaran ini bagaikan menyetubuhi ruh ku
Tetapi tak dapat ku gambarkan semua ini

Aku merasakan kau sedang mendaki bukit-bukit dengan kekuatan
Aku merasakan kau sedang menuruni lembah-lembah dengan kelembutan
Keanggunan dalam penyebaran ruh menyelimuti ruh ku

Engkau bagaikan seorang ratu yang penuh cinta kasih
Yang menyayangi orang-orang tertindas dan terpuruk
Tapi keras terhadap orang-orang yang angkuh dan kuat

Namun apakah engkau juga menyayangi diri engkau sendiri
Jika yang tertindas dan terpuruk adalah diri engkau sendiri
Namun apakah engkau juga keras terhadap diri engkau sendiri
Jika yang angkuh dan kuat adalah diri engkau sendiri

Aku pernah melihat engkau bangun dari tidur
Dengan lemah dan lunglai dan melalui pingsan
Kau membangunkan ladang-ladang yang mulai tumbuh dengan senyuman
Lalu ladang-ladang itu tersenyum melihat senyuman engkau
Namun apakah engkau juga bisa membangunkan ladang-ladang dalam tubuh mu
Lalu engkau tersenyum ....
Atau engkau hanya bisa bersembunyi di belakang tabir kebisuan
Seolah-olah engkau telah mati dihantam oleh tangkai-tangkai matahari dan peluru-peluru panas
Hanya engkau yang mengetahui arti semua tabir mu

Terima Kasih Ibu

Suara jeritan kasih sayang telah terdengar kemarin sore
Aku tersenyum seperti punahnya puncak penantian
Dari jauh kerinduan yang ingin ku sampaikan
Sudi hinggap di lubuk hati nya
Aku mendengarkan ... aku meresapi ... aku memikirkan ... aku menangis ...
Oh suara kasih sayang pilihan 4JJ1 ...
Ajukan do’a mu dan sampaikan keinginan ku melalui bibir surga mu
Mendengar suara mu setelah lama terpisahkan oleh jarak saja
Meluluhkan hati keras dan mencairkan kebekuan hati ini
Terima kasih ibu... aku kan pergi menemui minggu-minggu ini

15 Menit Lagi

Menunggu masa ini berakhir
Memulai masa yang lain
Tak dapat ku untai lagi makna
Terangkai oleh kata-kata
Kini kediamanku sudah beku
Oleh kelelahan pencarian
Tak ada wujud ku penuh prasangka
Yang ada ingin ketenangan seperti yang ku minta

Dalam 15 menit lagi menuju masa yang kan berakhir
Akan kah menemui jawaban atas semua ini

Diamnya tak lagi menenangkan namun aku pahami
Senyumannya tak lagi menyejukan namun aku mengerti
Ahhhh... aku tak ingin memikirkan semua itu

Yang ada ingin ketentraman tanpa rasa dan cinta hati manusia
Bukan sekedar itu yang aku cari ... lebih dari itu
Bahkan tak tertandingi dan tak ada duanya
Sungguh aku tak ingin memikirkan semua itu
Aku takut jatuh ke jurang kedzoliman bersama dosa dan kemunafikan
15 menit lagi masa ini berakhir

22 March 2006

Buntu Penuh Kebekuan

Hatiku hancur mendengarkan tangisan seorang ibu
Karena kasih sayang nya aku terdiam tanpa kata-kata
Hanya meminta doanya pada Nya tuk kujadikan minuman imanku

Ini bukan guncangan bukan juga kecemasan apalagi ketegangan
Ini awal kebuntuan jalan tuk melangkah lebih jauh
Melawan keketiran pijakan tangguh tuk melompat lebih tinggi
Namun aku tak berdaya dan tak menangkap lebih jelas cahaya itu
Hijau kah ? kuning kah ? atau merahkah ?
Keremangan tanpa kejelasan ... hanya itu saja yang bisa ku tangkap

Aku ingin lewati masa kepedihan ini
Tanpa kepedihan ini mungkin aku tak kan lebih bersyukur
Aku ingin lalui masa kepenatan ini
Tanpa kepenatan ini mungkin aku tak kan lebih dewasa
Mungkin hanya itu yang bisa aku hibur diri ini....

Aku harus bagaimana ibu ?
Anak mu ini telah lama bingung memilih arah di persimpangan jalan
Jalan apa yang hendak aku tempuh...
Anak mu ini bagai anak ayam yang kehilangan induk nya
Atau mungkin bagai penjelajah gunung yang kehilangan kompas nya

Aku hancur dalam kepenatan tapi aku tak ingin hancur
Aku tenggelam ke dalam dasar lautan kegelisahan namun aku tak ingin tenggelam

Aku tak memiliki teman tuk berbagi
Aku tak memiliki sahabat tuk bersandar
Aku tak memiliki saudara tuk bertanya
Aku tak memiliki siapapun

Aku hanya memiliki 4JJ1 ... hanya itu saja
Namun aku tak hanya ingin memiliki 4JJ1 aku ingin dimiliki 4JJ1
Menangis hati ini... menjerit jiwa ini .... teriak ruh ini ....
Aaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkuuuuuuuuuuuu hancur !!!
Bantulah Ya 4JJ1 ... aku buntu .... aku buntu ...
Tunjukkan semua jalan yang terbaik buatku jika bukan jalan ini adalah bukanlah jalan yang terbaik dari Mu untuk ku

Tak mengerti

Siapa yang harus mengerti ?
Siapa yang harus memahami ?

Kala tinta hitam dimasukkan ke dalam beningnya air dalam sebuah gelas
Lalu air dalam gelas itu menghitam
Siapa yang harus disalahkan ?
Apakah tinta hitam yang menodai beningnya air atau air yang mau menerima kehadiran tinta hitam ?
Ahhhhh.. aku tak tau ... akan ku cari dan tanya pada Sang Maha Mengetahui ? harap terjawab

Al Anam : 44

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa [6:44]

Plin Plan

Beralihlah sampai semuanya berakhir
Jika tidak musnahlah tubuh ini adanya
Mencarilah sampai semuanya mencair
Jika tidak bekulah tubuh ini sekaku-kakunya

Akankah terdiam tanpa kata
Ataukah bergegas tanpa langkah

Akan seperti apa diri ini kan diterbangkan
Akankah seperti kapas yang terbangnya berhamburan
Meski putih bersih namun lemah tak berpendirian

Perjuangan Yang Panjang [Menipu Diri Sendiri]

Mengapa kita masih menipu diri sendiri?
Mengapa kita masih merasa di jalur yang benar ?
Mengapa kita masih mengutuk kondisi di luar tubuh kita ?

Tapi kita tak kuasa melawan kenyataan yang terjadi
Dan hanya bisa diam membisu lalu membeku melihat kehancuran yang terjadi
Ketika melihat ketertindasan, ketakberdayaan saudara kita
Menjadi sasaran kebengisan kaum kuffar beserta kurcaci-kurcaci goliatnya

Apakah kita akan menapik semua itu terjadi yang mungkin telah menjadi nadi diri kita
Bodoh dan Terlalu !!! manakala saat ini kita masih bisa mengada-ada
Menghibur diri dan menutupi kelemahan serta kekurangan kita di mata orang lain

Kenapa kau menyalahkan angin yang berhembus dari timur ?
Padahal kau sendiri yang telah datang dari arah barat
Kenapa kau tak mengakui ulah mu sendiri
Karena perahu yang kau dayung melawan arus gelombang dan tiupan angin
Hingga kau jatuh dan tenggelam sebagai musibah
Tak pernah kau dengar Firman ini :

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan mu sendiri,
dan 4JJ1 memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)". [42:30]

"Tidak adakah yang bisa kita perbuat selain menutup hidupmu dengan tabir yang tebal agar kita tak bisa melihat diri sendiri.
Dan siapakah yang harus merubah diri kita sendiri atau di luar tubuh kita sendiri ?"
[13:11]
Ini bukan sekedar membalikkan telapak tangan. Ini perjuangan yang panjang. Bukan angan-angan kosong

20 March 2006

seperti apa aku saat ini ??

kapan terakhir aku ingin bermanja dengan Nya
apakah dalam sholatku ?
atau mungkin setiap dalam sholat pun aku ingin segera menyelesaikannya
apakah dalam tilawahku ?
atau mungkin setiap meraba al-qur'an pun aku ingin segera menyimpannya
apakah dalam puasaku ?
atau mungkin setiap puasa pun aku ingin segera membasahi tenggorokanku
apakah dalam kerjaku ?
atau mungkin setiap kerja pun aku ingin segera memegang uang gajianku
apakah dalam bisnisku ?
atau mungkin setiap bisnis pun aku ingin segera meraih laba

begitu banyak rencana dengan dunia ku saat ini
tak terfikir dimana letak akhirat ku saat ini

aku memang tau betul akan kematian
namun ku hindari cerita-cerita tentang kematian

aku memang tahu betul akan hari pembalasan di akhirat nanti
namun ku hindari cerita-cerita tentang hari pembalasan

aku hanya ingin keceriaan dunia menyeriangi keindahan hidupku
meski kusadari kehidupan ini hanyalah tempat bersenda gurau belaka

tapi aku tak mengerti . peran apa sebenarnya yang ingin aku perankan
karena aku tau betul setiap peran di dunia ini yang aku perankan
akan menjadi sebuah peran abadi di akhirat nanti

tapi aku seringkali heran terhadap diriku sendiri
kenapa aku merasa santai dan merasa tak pernah bersalah?
aku tak pernah gundah akan setiap langkah ku

yang membuat ku gundah adalah ...
saat aku tau
"Harus Seperti Apa Aku ini"
"Harus Menjadi Apa Aku ini"
"Harus Berada dimana aku ini"
agar aku bisa menikmati kehidupan abadi nanti

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? . Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta . Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu . Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui" [QS 29:2-5]


"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu . Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah , gangguan yang banyak yang menyakitkan hati . Jika kamu bersabar dan bertakwa , maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan" [QS 3:186]


"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam . Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali jama'ah Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk" [QS 3:102-103]

Perjalanan Masih Panjang

Kenapa kau masih berdiri diatas duri pemahaman yang melukai diri mu sendiri. Tidak kau coba mencabut duri itu lalu melangkah mencari obat yang bisa menghilangkan rasa sakit itu. Tak pernah kah kau berpikir bahwa dunia itu luas dan indah. Masih banyak kebesaran Ilahi yang bisa membesarkan hati mu. Dan masih banyak bintang-bintang sebagai tanda petunjuk yang bisa menerangi gelap hati mu. Bila akal berbicara kepada mu, dengarkanlah apa yang dia katakan dan kamu akan selamat. Gunakanlah dengan baik apa yang ia ungkapkan dan kamu seperti memiliki senjata lalu siap digunakan setiap kau butuhkan. Karena 4JJ1 tidak memberikan kepadamu pembimbing yang lebih baik dari akal tidak ada senjata yang lebih kuat dari senjata. Bila akal berbicara pada qolbu mu maka akan membuat kamu kuat melawan nafsu amarah. Karena akal adalah materi yang bijaksana dan pembimbing yang setia dan penasihat yang bijaksana. Akal adalah cahaya dalam kegelapan namun kemarahan adalah kegelapan di tengah cahaya. Dan tak pernah kah terlintas dari diri mu bahwa kenikmatan maupun kelimpahan ilmu bisa menyesatkan mu kala melangkah dan bertutur kata. Manakala akal berbicara nafsu amarahmu. Namun akal pun tak kan pernah berdaya kala dia tak mendapat pertolongan dari ilmu pengetahuan. Akal tanpa ilmu layaknya orang miskin yang tak memliki rumah dan ilmu tanpa akal seperti rumah yang tak terawat. Masukilah kamu ke dalam dan rawatlah dengan baik. Keluarlah kamu dari rumah mu mencari segenap keperluan untuk lebih memperindah rumah mu namun tak melupakan merawat dan mempercantik dirimu. Akal tanpa proses pembelajaran layaknya tanah yang tak diolah dan ditanami tanaman yang dapat membuahkan hasil. Mungkin juga seperti tubuh ini yang kekurangan makanan. Pencarian mu belum berakhir di sini namun sampai aparat tunggal penggerak jasmani telah terbang melesat mengahadap Sang Pemilik.Cinta ku yang telah ku labuhkan pada lubuk hatimu. aku haturkan untuk Nya. Semoga kau bisa menyampaikannya bersama cinta mu yang akan kau sampaikan pada Kekasih kita.

Singgahlah

Singgahlah di pohon hati ku
Telah melimpah ruah buah-buahan
Terlahir dari oksigen ketentraman dan sinar matahari Keagungan
Yang kan menghilangkan rasa lapar mu

Singgahlah di akar ruh ku
Kini akar ruh ku telah berkelimpahan air
Telah ku serap dari dalam tanah ketenangan dan air hujan Keadilan
Yang kan menghilangkan rasa dahaga mu

Cijerah

Cijerah adalah tempat berkumpul semua ilham
Gudang tempat persediaan canda dan tawa bertumpuk
Sungai tempat mengalirnya air mata kesedihan
Akan tetapi muara tempat berlabuhnya jiwa-jiwa yang menang

Cijerah adalah tempat berkumpul semua ilham
Ruang tempat pandai besi menempa kedewasaan
Bilik tempat perenungan jati diri yang mulai menghilang
Karena harga diri telah menjadi pertaruhan

Cijerah adalah tempat berkumpul semua ilham
Rumah tempat saksi terciptanya sejuta mimpi
Pabrik tempat terbuatnya mimpi menjadi bukti
Insya 4JJ1...

Perenungan IV

Telah aku sadari menyiakan hasil karya Maha Sempurna
Tak ku pakai sebagai peluru yang menembus keraguan
Tak ku pakai sebagai pedang yang menyayat ketakutan
Tak aku gunakan sebagai kekuatan dan kelebihan ku

Qolbu... Akal... Nafsu...

Realitas Kehidupan

Mungkin kita seperti buih di lautan
Terlelap tidur di atas permukaan air
Ketika angin bertiup dan gelombang berdebur
Ia hilang... seolah tak pernah ada
Begitulah hidup kita dihembus kematian

Realitas kehidupan adalah kehidupan itu sendiri
Hari ini dan bukan hari esok atau setelah mati
Ia bukan bermula dari dalam rahim
Dan bukan berakhir di dalam kuburan

Karena tahunan hidup yang telah terlewati
Hanyalah suatu pertanggungjawaban di kehidupan abadi
Surga... atau Neraka...

Dunia materi hanyalah sebuah mimpi yang mengimbangi kesadaran
Dan bisa saja kita sebut sebagai teror kematian

Para malaikat akan tetap menghitung setiap tetes air mata yang bersumber dari kesedihan
Dan membawa mereka ke telinga ruh-ruh yang melayang di surga-surga tanpa batas ... ruang dan waktu
Hingga setiap lantunan kegembiraan terlahir dari kasih sayang kita sebagai pengabdian pada Nya

Di dunia abadi sana.. yang akan datang...
Kita akan digetarkan oleh gerakan hati kita
Entah menangis, merintih, meratapi penyesalan akan kesedihan
Entah menari, bernyanyi, tersenyum keharuan akan kegembiraan

Kita pasti akan memahami makna 4JJ1 dalam diri kita
Namun telah terlambat manakala kita telah sampai di sana
Dan memohon pengampunan terakhir dari 4JJ1
4JJ1 yang telah kita buang karena terdorong keputusasaan
Keputusasaan atas rahmat 4JJ1

Dakwah

Keluarlah dari goa ketakutan
Mulailah misi dengan bismillah
Bicaralah dengan bebas tanpa rintangan
Dakwahkan kitab kasih sayang dan persaudaraan

Meski kitab berbicara kasih sayang dan persaudaraan
Bukan berarti tanpa ancaman dan tantangan bahkan hambatan dan gangguan
Bukan berarti pula tanpa pertempuran dan perlawanan
Pertempuran pertama mu ialah hawa nafsu mu sendiri
Yang terlahir bukan mampu atau tidak mampu
Tapi bertunas dari mau atau tidak mau

Pertempuran selanjutnya ialah hawa nafsu iblis
Yang berlabuh dalam diri jin dan manusia
Dan telah siap terjaga menghancurkan jiwa bahkan raga mu
Dengan bisikan maha lembut penuh keindahan dan kenikmatan

Kita bukan jiwa yang terasing dan terbuang
Terkekang dan selanjutnya terkucilkan
Kita adalah jiwa-jiwa yang bebas dan merindukan kebebasan
Kebebasan melaksanakan segala titah Nya
Kebebasan menjauhi segala larangan Nya

Tanpa terbelenggu harta... tahta... wanita...
Hanya tertambat oleh cinta... kasih... sayang... Nya

Janganlah kita menarik diri kembali dari medan pertempuran
Karena kita tak pernah tahu pengampunan terakhir akan diberikan
Dan tak pernah tersadari kita telah terjatuh kejurang kehinaan
Yang kan tak pernah tersentuh oleh iblis-iblis sekalipun
Hanya tertawaan terbahak penuh kepuasan terlontar dari bibir kenistaan

Awal Langkah Taubat

Kelambuku sudah kotor penuh debu
Tak dapat menutup lagi telanjang tubuh ini
Dari dosa dan aib yang menjadi kunci hina nista diri ku
Menunggu tetesan air yang menghilangkan haus ku
Menunggu belaian angin sepoi-sepoi yang menyejukkan raga ku

Aku berlari dari kenyataan hidup yang jalang
Keluar dari tumpukkan sampah yang terbuang
Mencari cinderamata cinta yang telah hilang
Berusaha berdiri tegak layaknya sebuah tiang
Menahan gelombang pasang layaknya sebuah karang

Harus bagaimana aku ? aku pun tak pernah tau
Hanya bersimpuh sujud merendahkan hati serta berdo’a
Penuh harap kan terdengar hingga atas sana
Penuh harap kan terkabul karena cinta kasih sayang Nya
Menjadi awal langkah taubat ku

Singkapkan padaku rahasia tabir kehidupan, ya 4JJ1
Terangi aku menuju jalan suci sembah Mu di lorong gua kegelapan
Berikan seteguk air keikhlasan atas dahaga akan hidayah Mu
Tunjukkan pintu kebenaran di rimba hutan ketidakpastian

15 March 2006

Senyuman ini berbeda

Senyum menyeriangi wajahku
Senyuman ini berbeda dari biasanya
Malam memang telah hitam
Tapi mata ini semakin berbinar

Mungkin...
Kau pun akan cemburu melihat daku
Tawa riang mu tak dapat mengalahkan senyuman ini
Yang keluar dari bilik kesedihan menuju ladang kegembiraan

Semakin indah ku ingin meraih mimpi-mimpi ku
Karena...
Mimpi hati ku ini adalah buah dari penderitaan
Ku jalani dan ku lewati dengan cinta... cinta pada Nya

Oh.. Engkau Maha Pembolak Balik hati manusia
Kau telah indahkan hidup dengan pasang surut nya gelombang kehidupan

Berubah Pikiran

Kerap kali aku tak sadarkan diri
Bertanya mengapa beban ini terasa berat
Tak dapat ku pikul dan tak dapat ku pangku

Aku tak ingin bermain-main dengan cinta
Aku tak lagi bersandiwara dengan rasa

Naik turun nya aku bukan naik turun nya harkat ku
Aku hanya ingin jiwa ini kekal mengabdi pada Nya
Melalui kata yang kuasingkan dari mata-mata dunia
Lebar dan panjang penuh kelokan fatamorgana
Yang telah mengkhilafkan langkah ini tuk istiqomah
Sabar dan ikhlas serta ihsan dalam benak ini

Aku tak ingin bersedih
Menangisi cerita yang telah digariskan
Aku tak ingin berteduh
Di kehangatan goda yang membakar ranting hingga ke akar
Aku tak ingin berdiri
Memandang ladang yang ku tanami dengan dosa

Aku telah melihat istana keagungan berdiri tegak di hadapan ku
Burung istana pun telah mengabari ku untuk duduk di singgasana raja
Bersama permaisuri pilihan ku tuk membangun jiwa-jiwa yang tenang

Aku langkahkan kaki ini .. sekarang !!! ...

Ihsan

Tentram kan diri dengan do’a dan dzikir
Hadirkan Ia selalu dalam hati dan langkah
Keluarkan Ia dalam kelembutan bibir bertutur penuh kesantunan
Setiap degup jantung merasa bersama Nya
Kalau pun kau tak merasa
Yakinlah Ia selalu berada bersama degup jantung

Kemana Lagi Aku Harus Melangkah ?

Bisikanlah Tuhan sepatah kata saja yang bisa menenangkan diriku
Dalam sholat ku tak ingin ku gundah
Dalam tindak ku tak ingin ku ragu
Dalam bicara ku tak ingin ku gugup

Hati ini sedang terperosok dalam jurang kekakuan
Kekakuan dalam segala tindak dan pikir
Tak ingin ku tidur sebagai pembius luka ku
Aku ingin bergerak namun tak mengerti
Kemana langkah ini seharusnya
Kemana arah yang harus ku tuju

Angin pun tak tentu arah
Hujan pun tak tentu turun
Matahari pun tak tentu bersinar
Bulan pun tak tentu muncul

Namun, kegelapan selalu menyelimuti detik-detik pecarian ku
Seperti pandangan remang-remang saat penglihatan ku terjaga

Aku muak dan mulai putus asa...
Tapi aku sadari ya 4JJ1 . aku tak boleh berputus asa atas rahmat Mu
Berikanlah jalan keluar atas segala masalah yang kau berikan pada ku
Aku sudah tak tahan lagi menahan segala goda dan segala resah

Maafkan aku ya 4JJ1 . telah lantang pada Mu.. namun pada siapa lagi
Aku harus menyandarkan dan menggantungkan kehidupan ku ini...
Ajari aku hidup ya 4JJ1. berikan aku hidup ya 4JJ1
Serta tunjukkanlah harus kemana aku hidup ya 4JJ1 ?

Keresahan hampir saja mengubur keyakinanku
Aku ingin bangkit dan mengubur dalam-dalam keresahan jiwaku

14 March 2006

Renungan Ku Dalam Kesendirian

Aku ingin lari dari kesendirian
Menyebarkan sebuah senyuman
Bersembunyi dari keresahan
Melalui sebuah perjalanan

Aku ingin pergi dari kepenatan
Diam membusuk dan membukit
Menjadi benalu ketulusan niat ini
Tuk bersungguh dalam pembuktian
Kesungguhan dalam perubahan

Aku tak ingin berdiam diri dan menjadi kura-kura
Yang terbebani dalam setiap langkah nya
Aku ingin melangkah...

No body urge me .. no body support me
I have to work alone
I have to walk lonely
Hopefully, not so long. I life like this...

Do’a jua lah yang menyejukkan resah hati ini
Serta aku coba tambatkan hati ini pada Pemiliknya
Memohon dikuatkan dalam setiap jejal penat ku
Diistiqomahkan dalam setiap jejak langkah ku

Ya 4JJ1.. tolong lah aku ...
Mudahkan segala urusan ku ...

Aku ingin pergi sekarang
Merenung dalam kesendirian ku

Layakkah aku

Layakkah aku bersanding dengan mu
Manusia lemah tanpa guna dan tak berdaya
Hanya memiliki tekad dan langkah tak henti
Menghujam qolbu dan mengakar kuat

Namun layakkah aku bersanding dengan mu
Manusia penuh aib yang telah membumi
Dan telah hinggap melalui daun telinga mu
Bahkan kau telah mencari pusaran kehinaan ku
Serta kau dapatkan melebihi apa yang kau duga

Tetapi layakkah aku bersanding dengan mu
Meski malu telah menaungi tubuh ku
Meski pedih telah memanaskan telinga ku
Aku hanya bisa tersenyum
Dan menerima itu sebagai suratan takdir ku

Meski tak ada langkah yang bisa menghentikan langkah ku
Untuk mewujudkan semua dan membuktikan takdir berikutnya
Semoga aku layak bersanding dengan mu.
Tunggu aku di ujung sana... aku pasti menjemput mu. Insya 4JJ1
Bersabarlah...

Ruh Yang Tertinggal

Aku lupa membawa ruh yang tertinggal di rumah teman ku
Apakah aku mati atau hidup saat ini ? yang jelas aku lemah ...
Aku tak boleh menunggu ia mengantarkan ruh ku yang tertinggal
Tak boleh... tak boleh...
Aku harus menjemputnya sendiri dan memasang kembali
Agar aku bisa melompat tinggi
Melewati batas-batas impian liarku

Sebagai Kembang

Sebagai kembang, ia tak mekar
Duduk termenung tak berubah
Ada apa ? aku pun tak tau
Bukan tak mau tau
Sungkan tuk menyapa

Sebagai kembang, ia tak wangi
Berdiri berjalan tanpa alas kaki
Membekaskan jejak setiap langkah
Berakar di palung hati

Aku belum memahami
Sebagai kembang, akan seperti apa ia
Sebagai kembang, akan menjadi apa ia
Sebagai kembang, ingin menjadi apa ia

10 March 2006

Tegar II

Tabur semua duri di jalan ku
Tetap akan ku injak dengan kaki telanjang ku
Meski terjatuh dan merayap menyusuri
Aku tetap kan hadir di ujung penantian ku
Bersama mata yang telah melihat pita terbentang
Tanda akhir segalanya dan awal baru hidup ku

Hujani aku dengan paku-paku tajam
Tetap aku kan melangkah tegak tanpa resah se senti pun
Meski terjatuh dan merangkak melewati
Aku akan pergi ke ujung sana
Bersama harap dan cita mulia yang telah ku sematkan
Dalam bathin dan setiap sel-sel kehidupan ku

Tak ada aral melintang yang kan menghalangi ku
Tuk melangkah sampai akhir perjalanan
Kecuali kematian yang menjemput ku bersama bidadari surga.
Amiin

Pangkuan Bunda

Bunda... hangatkan badan nanda yang kedinginan ini
Nanda menggigil karena resah telah merasuki hati
Bunda... belai rambut nanda yang terurai lusuh ini
Kelusuhan ini karena kegundahan telah menyetubuhi jiwa ini
Hingga nanda tak mengerti...
Nanda hanya ingin tidur dan bersandar di kehangatan pangkuan bunda

Gila !!!

Gila !!!
Tak pernah perasaan seperti ini membekam ulu hati
Panas dan menyesakkan rongga dada

Entah sampai kapan ini terus terhujam
O.. Engkau Maha Pendengar tangisan seorang hamba
Lepaskan kehawatiran ini
Cabutlah ketakukan ini
Semua ini bisa membuat ku gila !!!

Aku ingin teriak di atas cadas
Seiring ku titip kan pesan pada angin yang lewat
Tuk di sebarkan ke seluruh isi bumi
Bahwa aku tak ingin sendiri dan tak bisa sendiri
Namun bukan berarti tak mandiri
Hanya ingin memiliki arti....

Bingung

Tangan ku hampir mati
Tak dapat menuliskan kata hati
Hanya bisa diam beberapa hari
Beranjak melewatkan hidup tanpa arti

Aku bingung...
Tak ingin ku seperti ini
Ingin ku melangakah lebih jauh
Bukan tak mau dan mampu
Tak ada dorongan yang membuat lontaran lebih berarti

Bingung... Semoga tak terhanyut dan berkepanjangan

Putus Asa

Bersama diri yang seirama nada degup jantung
Termenung di antara kekosongan dan kegelapan
Berharap secercah sinar menerangi kelam ruang jiwa
Menepis segala keputusasaan yang telah lama
Terikat erat melingkari seluruh bagian jiwa raga
Tak ingin ku diam menyaksikan mereka bermain
Aku pun ingin bermain bersama dengan mereka
Tak ku sangsikan aku ingin terbang seperti mereka
Terbang menggapai setetes harapan yang lupa tak ternodai
Menghancurkan dinding kebosanan penjara hidup
Membobrok benteng ketakberdayaan diri
Akan ku tendang hingga menghilang dalam pandang
Semua kebodohan pola pikir malas lemas lemah
Bosan aku menjadi diri tanpa arti . . .

Bayangkanlah

Bayangkanlah perasaan seorang yang ingin berlayar bersama keagungan dan keabadian
Namun ia hanya disuguhi sampan kecil dengan beban derita yang membukit

Meski tetap mengarungi penuh gelora kerinduan tersayat derita
Seperti amukan gelombang di tengah lautan terhantam karang

Bayangkanlah perasaan seorang yang menyebrangi lautan
Sepanjang waktu ia menunggu antara harapan dan keputusasaan

Di akhir perjalanannya ia berdiri di gerbang rumah
Yang didiami oleh hantu-hantu ratapan dan dukacita yang kejam

Bayangkanlah perasaan seseorang yang mencari hiburan dan keramahtamahan di satu rumah
Namun ia hanya disambut oleh sayap-sayap kematian dan duka lama

Perenungan III

Tak ada gundah dalam diri ini hingga aku melewati itu semua dengan indah
Di atas cakrawala aku berdiri – Di bawah lautan aku menyelam – Di bumi yang aku pijak ini aku melangkah
Indah ku ingin dalam langkah dan pikiran yang diselimuti ketentraman hati ku
Di sini – di rumah ini – di kursi ini
Aku merenungkan ruh yang telah merasuk di tubuh ku ini
Hingga angan ku bias oleh ruh-ruh cinta ku

Ruh-ruh yang telah lama bersama
Bersama menikmati kerinduan ini
Bersama menjiarahi kepahitan hidup
Hingga aku sempat tak mengerti dan berharap jawab
Aku sedih – aku menangis – aku perih
Bisakah ruh ini memahami ruh mu ?
Bisakah ruh mu memahami ruh ini ?
Kehendak siapa semua ini !!! ???

07 March 2006

Persembahan Sebelum Melangkah

Aku akan duduk di bawah sini
Bersimpuh menunggu jawab

Sementara kau akan mulai membaca
siapa aku ini, apa ingin ku ini
Meski hanya lewat tulisanku

Sebelum kau membaca melalui kata-kataku

Teratai kehidupan yang pernah ku utarakan
Tak mesti aku ungkapkan lagi

Aku hanya ingin mengajakmu bersama
Memburu keridhoan-Nya menggapai cinta-Nya
Di siang terik matahari Di malam gelap gulita

Sampai Sang Pemilik Jiwa memisahkan kita sesaat
Sampai Sang Pemilik Jiwa mempertemukan kita selamanya

Karena syahadahku dan syahadahmu aku ingin meminangmu
Hingga ku ingin meminangmu dengan Hamdallah
Penuh pujian mengalir deras untuk-Nya

Hingga ini, Insya 4JJ1 menjadi persembahan ku sebelum melangkah lebih jauh

Kerinduan II

Gemuruh petir telah memekakan telinga ku
Kilatannya pun telah menyilaukan mata ku

Namun...
Pendengaranku tak pernah tuli akan manja suara mu
Penglihatan ku tak pernah buta akan manis wajah mu

Namun...
Manja, manis suara dan wajah mu
Tak melebihi Manja, manis suara dan wajah Nya
Rinduku pada Nya melebihi kerinduan ku pada mu

Kerinduan I

Kapan kau datang
Karena larut telah tiba

Aku tak ingin tidur lalu bermimpi
Mengharapkan kedatangan mu menjadi bunga tidur ku
Aku ingin bersama dalam sentuh, lihat dan dengar
Membasuh duka , menuai suka bersama

Candai Aku

Candai aku dengan tawa mu
Di tengah malam kesendirian ku
Menunggu sang fajar terbangun
Dari terjaga rembulan malam sunyi

Candai aku dengan rindu mu
Di kesenyapan malam kerisauan ku
Menunggu wangi mawar pagi merekah
Dari terlelap bunga mimpi harapan

Aku ingin segera esok pagi
Terbang dan mencari kehidupan
Hingga hinggap di putik pencarian ku
Ku isap sari hati nya dan ku simpan dalam hati ku
Dan ku biarkan ia mengalir bersama darah ku
Menguatkan setiap kepakan sayap ku

Masihkah

Masihkah Maha Mendengar mendengar pinta ku
Masihkah Maha Melihat melihat langkah sungguh ku
Masihkah Maha Menggemgam menggenggam jiwa lusuh ku
Masihkah Maha Sempurna menyempurnakan jejak hidup ku

Oh.. Engkau yang membolak-balikkan qolbu
Tak dapatkah kau hanya tanamkan satu benih cinta dalam qolbu ini
Cinta yang bersandar, berlabuh, karena dan hanya pada Mu
Tak ingin aku mencinta yang lain bukan karena dan hanya pada Mu
Ijinkan aku menolak semua cinta yang bukan karena dan hanya pada Mu

Pergilah Duka dan Luka

Wahai duka !!! yang menggerogoti akal sehat ku
Wahai luka !!! yang menyayat kulit ikhlas sabar ku

Kapan hendak kau pergi dari jiwa yang ingin suci ini
Tak bisa kah kau tinggalkan diri ini demi kebersihan hati ini

Agungnya Cinta

Aku melihat orang meraung-raung dan meratapi
Karena mereka telah melihat jiwa-jiwa yang terbunuh
Dan jiwa yang terbunuh itu adalah jiwa mereka sendiri

Lupa oleh cahaya pengampunan
Tenggelam dalam lautan duri dunia

O.. Jiwa kenapa hendak engkau bunuh diri
Apakah jiwa mu telah lama bosan mencari cinta
Cinta yang menggetarkan dirimu dan menyejukkan jiwa mu
Atau kah kau memang tak mengenal cinta

Mungkin saja kau hanya tersesat arah
Saat jiwa mu lemah dan terkikis oleh amarah

O.. Jiwa kabarkan pada peri Cinta
Agar menaburkan air kehidupan baru
Sekedar membasahi kekeringan rongga harapan
Hingga kau bisa berkata : “Betapa Agungnya Cinta”

Hold on my Hand

Hold on my hand
I’ll invite u to sail through ocean
Go in the direction of eternal gate

Hold on my hand
With ur soul n heart
Which anchor in my soul

Orang Bijak

Mencintai dan Mengagungkan 4JJ1
Memupuk Iman dengan Ilmu
Ilmu adalah kebenaran sejati dan mahkota setiap diri
Ilmu adalah harta yang tak pernah bisa terampas
Kan selalu siap menerangi dari kegelapan Ilahiah

Namun jika ilmu tidak mengajari nilai segala sesuatu
Dan tidak membebaskan dari belenggu materi
Maka tidak pernah mendekati Singgasana Kebenaran Sejati

Tiada lebih mulia dan indah
Kala ilmu menjadi amal
Amal karena iman
Iman karena cinta dan keagungan Nya

I Finally Found Someone

Through every conflicts
I never doubt with my steps
Even i enjoy it destination journey
Coz rainbow have been coloring my soul

Thanks on a gift from You, 4JJ1

Beautiful and always beautiful
Smile and always smile
Everyday...

I finally found someone
Not in my dream or my mind
But in reality

Jejak Langkah

Kemanakah jejak langkah ini kan pergi
Menyusuri lorong kehampaan
atau terbang melewati istana langit

Perjalanan takdir yang terlewati
Menepiskan arti hidup tak berarti
Meleburkan segala keraguan diri
Hingga kaki ini tak mampu berdiri

Tertambat rantai Keagungan
Terpatri timah Keindahan
Dalam diri berteduhkan cinta Nya

Buka Kunci Gerbang Akalmu

Kibarkan bendera keagungan dalam benak mu
Cahaya apa yang kan kau serap dalam hati mu
Menunggu jawab dari sebuah tanya
Atau mempertahankan jangkar yang karam dalam akal mu
Sehingga kau menelan ludah sendiri
Kala pemahaman belum berbunga dalam jiwa mu

Andai gunung itu tak menjulang tinggi di hadapan mu
Apakah yang hendak kau daki
Andai laut itu tak luas dan dalam di hadapan mu
Apakah yang hendak kau arungi dan selami

Ini kah perjalanan manusia dalam pembelajaran akal dan hati
Hingga dapat mengendalikan nafsu
Bila mana kau tak membuka kunci akal dan hati mu pada setiap kalam Nya
Apakah akal dan pengetahuan mu sudah tertutup oleh secercah cahaya hati lainnya
Inilah hidup yang bukan pilihan namun memutuskan

Menunggu Kekasih

Kapan kau akan datang, wahai Kekasih ?
Aku di sini, menunggu mencari jawaban dari Mu
Meminta petunjuk harus kemana aku melangkah

Sekarang, aku berada di persimpangan
Mencari lurusnya jalan Mu dalam kelikuan langkah ku
Mengukir guratan di atas batu takdir Mu
Melalui pena akal dan keyakinan ku

Ingin ku taburi benih-benih tauhid dalam jiwa ku yang hampa
Sendiri meresapi arti hidup dalam keheningan masa depan
Hingga terlepas jeratan keangkuhan dan risau jiwaku

Kapan kau akan datang, wahai Kekasih ?
Melagukan bait-bait keindahan dan ketegaran
Mewarnai putih hitam kanvas kehidupan

Hingga jejak langkah ini berbekas ke dalam relung jiwaku
Hingga jejak langkah ini tegak menelusuri jalan di persimpangan hidup ku

Senyumku Jantungku

Andai aku bisa bersembunyi
Ingin sekedar berfikir mencari makna hidup
Bukan tuk mengumpulkan angan-angan
Karena hal itu aku ingin bersembunyi
Untuk sekedar berfikir mencari makna hidup

Tapi tak dapat semua bintang dapat bersinar
Energinya makin lama makin muram
Rasanya tak sanggup lagi berkerlip
Cintanya tak mampu lagi menerangi
Akan kupacu jantungku tuk terus berdetak
Bahkan tak kuijinkan jantungku lemas tak berdaya
Impian ini pun terus mengalir bersama darahku
Raga ini pun terus melangkah dengan senyuman

Keharuan

Mungkin keharuan bukan berasal kemewahan dan keindahan
Tapi berasal dari kesedihan dan kepahitan

Mungkin kesedihan bukan berasal dari kebencian dan kehancuran
Tapi berasal dari kasih sayang dan cinta

Mungkin kesedihan yang tenggelam hingga karam di palung hati
Dapat di angkat ke permukaan harapan yang lebih indah
Namun tetap saja meninggalkan luka lama yang berkarat

Mungkin luka lama bisa terbilas bersih meski masih meninggalkan cacat
Saat bisa mencurahkan segala yang terjadi pada ikan-ikan di lautan Namun tak semuanya dapat mencurahkan segala luka
Hingga tersadari bahwa hidup akan terus bergulir penuh keharuan

06 March 2006

Wahai Adik Kecilku !!!

Wahai adik kecilku !!!
Tumbuh dan berkembanglah engkau
Seperti elang yang tak pernah berhenti
Mengepakkan sayapnya tuk menggapai impian

Wahai adik kecilku !!!
Kabarkan pada seluruh isi bumi
Bahwa engkau kan membanggakan ayah dan ibumu
Melalui derap langkah mu yang tegak memandang masa depan

Wahai adik kecilku !!!
Berdo’alah selalu pada Pemilik Jiwa Sejati
Agar selalu menuntun mu dalam kegelapan
Layaknya kunang-kunang yang menerangi malam
Ataupun bintang-bintang yang menghiasi langit kelam
Bahkan bulan yang menjadi teman dalam keheningan

Wahai adik kecilku !!!
Janganlah engkau seperti tumpukkan buih di lautan
Meski menumpuk bak singgasana kerajaan
Namun hancur kala menghantam karang

Wahai adik kecilku !!!
Awali kisah hidupmu dengan senyuman kerinduan dan kasih sayang
Seperti senyuman yang ayah dan ibu mu berikan saat kau lahir
Senyuman kerinduan dan kasih sayang penuh pengorbanan

Peristirahatan Pertama Dalam Ruang Penuh Cinta

Peristirahatan pertama dalam ruang penuh cinta
Ditaburi aroma kembang mewangi dua kekasih
Saat segala tindak yang telah teranugerahi
Oleh cahaya mata kerinduan dan kasih sayang

Peristirahatan pertama dalam ruang penuh cinta
Saat dua jiwa telah dipersatukan tarikan jiwa dan takdir
Adalah langkah awal penuh tabu, ragu , haru, dan rindu
Menyimpan segala senyum keingintahuan

Peristirahatan pertama dalam ruang penuh cinta
Adalah kanvas putih yang kan dilukiskan sebuah kisah
Tentang kesedihan dan kebahagian penuh tanya dan harap
Terbang menuju istana keabadian yang penuh cinta atau nista

Malam tadi hujan turun

Malam tadi hujan turun
Membasahi kesedihan yang menodai batin
Memekarkan senyum dan tawa manusia

Malam tadi hujan turun
Senandung persaudaraan didendangkan
Menghangatkan raga yang kian mengantuk

Malam tadi hujan turun
Penuh canda dan kebahagian yang membahana
Ternaungi suasana lunturnya keremangan

Pencari Cinta Sejati

Wahai Pencari Cinta Sejati !!!
Tidak kah kau melihat cinta dan benci bermain-main dengan hati mu
Cinta menyembunyikan kesalahan dan menjadi anggur pujian dan rayuan
Yang memabukkan setiap jiwa hingga melupakan kepatuhan pada Nya
Sementara kebencian menghasut dan menutup telinga dan membutakan mata dari kebenaran sejati
Apa arti semua ini ?
Manakala kalian menenangkan hati seorang wanita atau pun pria dengan pembicaraan yang manis
Tapi perasaan kalian sebenarnya telah lama tertidur dan ketuhanan kalian telah pergi meninggalkan raga

Wahai Pencari Cinta Sejati !!!
Kemanakah kalian akan berlari
Menyusuri sungai keangkuhan sampai muara yang kalian anggap cinta sejati
Takdir apa kah yang membutakan langkah Ilahi dalam kesatuan Kesempurnaan Hakiki ?
Ini derita yang pernah aku pikul, ini cerita yang pernah aku tuliskan
Hingga telah menjadi akar dalam jantung ku hingga telah menjadi pemanis kehidupan ku

Aku cabut seluruh akar yang menyesakkan rongga dada ku
Meski perih selalu mengiris setiap hitam langkah ku
Meski sedih selalu mengaliri setiap tatap mata ku

Hingga ku berlindung di balik Jubah Kesucian dan Keadilan
Hingga ku pasrahkan diri di pangkuan Maha Pemilik Jiwa
Hingga ku terlelap dalam buaian Pemilik Cinta Sejati
Hingga ku tak merugi tak mendapatkan cinta yang lain
Meski ku selalu berharap ada cinta lain yang ku miliki
Yang bersama-sama mencintai Pemilik Cinta Sejati

Bodoh

Ku berlari
Ku mendaki
Ku mencari
Ku pergi

Tanpa hati
Bersama jiwa yang mati

Langkah Tanpa Jiwa

Aku lelah dalam pengembaraan pikiran ku
Lemas tak berdaya mengikuti alunan musik jiwa
Daun-daun semangat ku mulai berguguran
Menatap setiap gundah resah diri ini

Aku lelah dalam pencarian jiwa yang telam lama pergi
Terbang melayang tanpa daya bersama hembusan angin
Melewati setiap liku tersembunyi di balik rahasia Ilahi
Tersayat duri-duri yang kan merobek setiap langkah

Aku cemas dalam pelayaran nafsu ku
Tertampar deburan ombak penuh hasrat membunuh
Di basahi air keraguan di terpa badai kehancuran
Kemudi pun berputar mengikuti kehendak alam

Jati Diri

keinginan berdiri cepat
Seperti anak kijang yang berlari kencang
Melewati sabana menatap setiap bahaya

Menjadi seperti ilalang
Mengikuti setiap hembusan angin

Seperti pohon tanpa akar
Seperti bangunan tanpa pondasi
Seperti manusia tanpa jati diri

Terombang-ambing bagai singgasana buih
Seperti matahari dan bulan yang muncul dan tenggelam
Seperti memiliki hati seekor pedati
Tanpa cinta dan jiwa sejati

03 March 2006

Ibu... Aku Merindukan mu

Merentangkan hati kerinduan
Teringat usapan dan belaian
Melelehkan setiap ketakutan

Tersandar kala kantuk dalam pangkuan
Kehangatan dan ketulusan yang di berikan
Menjaga setiap jejak langkah dengan setiap getar jiwa
Berakhir keihlasan dan kesabaran seorang sosok

Ibu... di malam ini aku kan berdo’a untuk mu
Melalui kerinduan dan kasih sayang yang tak terbayar
Agar ibu selalu di beri tempat terbaik di sisi Nya
Ibu... do’a mu yang selalu menguatkan tekad ku
Selalu dinantikan oleh seorang anak mu ini...
Ibu... aku merindukan mu

Waktu diam ku

Terasa panas di kedinginan malam ku
Desah nafas-nafas mulut ku
Mengalir cepat layaknya aliran darah nadi ku
Meski diam tak membekukan pikiran ku
Percikan cinta tetap menaburi hati ku
Hingga aku tak ingin berhenti saat waktu diam ku

Menunggu Esok

Tanah yang ku injak ini adalah tanah buaian
Selalu mendendangkan syair-syair surgawi
Bersenandung menghibur diri yang terhimpit
Alam yang selalu mengguncang bumi
Pembawa gairah kehidupan
Pembangkit keterpurukan dalam jurang kenistaan

Dua puluh menit aku luangkan waktu
Untuk menunggu esok mencari kepingan-kepingan cahaya
Yang dapat menerangi kegelapan jiwa dalam lubang penantian

Menginjakan kaki di tanah buaian
Seperti pasukan semut yang berduyun membangun istana
Mencairkan segala kebekuan akal yang mencari hikmah abadi
Meneteskan setiap embun keyakinan pada keringnya daun hati

Oh waktu ... kenapa kau cepat berlalu
Hingga esok pun selalu ingin cepat tiba
Menitipkan pesan ilahi yang terbiaskan kata
Kata yang selalu terdiam dan terpana
Hingga deburan air di luasnya samudera menghantam karang

Aku terdiam terpenjara dalam lamunan kerinduan menunggu esok
Walau waktu tinggal beberapa menit lagi
Takkan kubiarkan waktu ini menjadi hampa tanpa kehadiran Nya
yang selalu menggemgamku dalam buaian Rahman Rahim Nya

Tiang dan Tali

Biarkan tiang itu berdiri tegak
Menjadi penopang setiap gerak
Penopang setiap akal dan qolbu

Biarkan tali tetap terikat kuat
Menjadi pengikat setiap ayat
Pengikat setiap do’a dan nafsu